[OPINI] Pembelajaran Online Karena Covid-19, Benar Jadi Santai?

Munculnya pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) membawa dampak pada sektor-sektor penting dalam kehidupan, seperti sektor ekonomi, transportasi, bahkan pendidikan. Lalu bagaimana? Pendidikan pastinya harus tetap berjalan meskipun dalam keadaan seperti ini. Maka dari itu, Nadiem Anwar Makarim  selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Corona Virus Disease (Covid-19). Salah satu pokok yang disampaikan dalam Surat Edaran tersebut adalah mengenai pembelajaran daring atau jarak jauh yang difokuskan pada peningkatan pemahaman siswa mengenai virus corona dan wabah Covid-19.

Lantas apakah model pembelajaran secara online membuat siswa dan mahasiswa menjadi santai karena hanya diam di tempat? Nah, ternyata ekspektasi mengenai pembelajaran online yang menyenangkan karena bisa sambil santai dari rumah atau kos seakan-akan lenyap karena realita yang terjadi. Realitanya banyak siswa dan mahasiwa yang mengeluh. Bisa dilihat dari banyaknya opini yang diunggah mengenai dampak dari pembelajaran daring atau online.

Banyak Menatap Layar

Karena pembelajaran jarak jauh, maka tentunya pembelajaran dilakukan online. Pembelajaran yang dilakukan secara online membutuhkan sebuah media yang bisa berupa laptop, gadget, IOS, dan lain sebagainya. Biasanya pembelajaran tersebut berupa video, chat, maupun melalui form. Mau tidak mau siswa, mahasiswa, guru, dosen, dan yang terlibat dalam pembelajaran harus menatap layar lebih lama dari biasanya. Hal ini bisa membuat mata lelah dan juga membuat kebosanan.

Malas Gerak

Pembelajaran daring yang dilakukan ‘dirumah aja’ akibat adanya Covid-19 membuat siswa atau mahasiswa menjadi mager alias malas gerak. Pasalnya pembelajaran daring dapat dilakukan dimana saja, termasuk di kasur yang bisa disambi rebahan. Gerak juga berkurang karena ruangan yang kecil.

Gara-gara mager tadi tubuh menjadi kurang gerak dan radiasi tinngi. Tubuh tidak seaktif dari sebelumnya, dimana sebelumnya siswa atau mahasiswa pasti merasakan berjalan dari sudut ke sudut kelas, naik tangga, bermain, dan aktivitas lainnya. Akibatnya, otot menjadi gampang pegal, mata lelah, dan bisa juga berpengaruh ke psikis.

Butuh Fasilitas yang Memadai

Ya, tentunya untuk menunjang pembelajaran online butuh sejumlah fasilitas. Fasilitas tersebut berupa gadget atau laptop, kuota, jaringan internet, juga aliran listrik. Apabila ada hambatan mengenai hal tadi, tentunya pembelajaran online juga dapat berlangsung kurang efektif.

Contohnya saja siswa atau mahasiswa yang tinggal di daerah pelosok dimana jaringan internet disana kurang stabil, pastinya ia akan kurang bisa mengikuti pembelajaran melalui online, seperti melalui aplikasi ZOOM, Google Meet, dan sebagainya. Dilansir dari Brilio.net, bahkan ada potret mahasiswa yang harus mencari jaringan di pinggir tebing.

Dengan menimbang adanya hal-hal yang terjadi diatas, maka menurut saya tetap lebih baik jika pembelajaran dilakukan secara tatap muka seperti sebelumnya saat belum terjadi pandemi. Yang pasti semua itu dapat dilakukan setelah pandemi Covid-19 hilang. Maka pastinya kita berharap agar pandemi Covid-19 ini cepat hilang dan segala aktivitas diberbagai sektor dapat berlangsung normal kembali.

Referensi :

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-tentang-pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19

https://www.brilio.net/duh/4-potret-perjuangan-mahasiswa-kuliah-online-naik-tebing-demi-sinyal-200507v.html

Tentang Penulis

Agnita Farah Bias Khairunisa adalah mahasiswa adalah mahasiswa psikologi Fakultas Kedokteran UNS angkatan 2019. Saat ini, ia menjabat sebagai anggota divisi risnov LPM Erythro.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *