Solo, Kabar Erythro – CIMSA (Center for Indonesian Medical Student Activity) mengadakan May Meeting 2021 yang diselenggarakan pada 20-23 Mei 2021. Acara ini merupakan pertemuan delegasi dari berbagai lokal CIMSA dari berbagai Universitas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas keorganisasian baik di dalam maupun sumber daya anggota CIMSA. Selain itu, acara ini bertujuan untuk mewujudkan poin-poin SDGs 2030 melalui tema “Sustainability of CIMSA’s Roles in Creating Impacts Through Annual Mission Statement in Achieving the 2030 Agenda”. Acara ini diikuti sekitar 700 peserta dengan CIMSA FK UNS sebagai tuan rumahnya.
Salah satu agenda yang dilakukan adalah training dengan berbagai tema yang berbeda, salah satu tema training yang dibawakan ialah Youth Empowerment yang dilaksanakan pada Sabtu, 22 Mei 2021 pukul 07.00 WIB, melalui media Zoom Meeting. Agenda ini diikuti oleh mahasiswa kesehatan dari belasan universitas di seluruh Indonesia seperti UNS, UB, Unpad, UMY, USU, dan masih banyak lagi. Dengan jumlah peserta lebih dari 30 orang. Materi ini dibawakan oleh kak Muhammad Ryan Ramadhan (advance CIMSA certified trainer) dari MMSA UMY dan ditemani oleh partnernya kak Muhammad Al Abbrar (advance CIMSA certified trainer) dari CIMSA USU.
Acara dimulai dengan mengerjakan Pre-test terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan perkenalan dan penjelasan mengenai materi. Youth Empowerment merupakan suatu proses untuk merangkul dan memberi support sehingga bisa mengembangkan para pemuda agar mampu mengatasi masalah hidup dan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat. Pemuda dengan diharapkan dapat menjadi individu yang eksploratif, berkembang, bertanggung jawab, mandiri, menemukan hal-hal baru, percaya diri, lebih sadar dengan sekitar, terarah, kreatif, dan dapat diandalkan. Dengan adanya pemuda yang berkualitas, diharapkan pula bisa meningkatkan kualitas edukasi, menurunkan angka kemiskinan, menciptakan pemerintahan yang baik dan adil, serta menurunkan tingkat kejahatan.
Namun, terdapat beberapa hambatan yang dihadapi pemuda dalam proses empowering masyarakat, yaitu kurangnya kepercayaan karena dianggap terlalu muda, kurangnya informasi, dan pengetahuan dari pemuda itu sendiri, dan terdapat hambatan terkait geografi. Terdapat dua hal yang bisa dilakukan pemuda agar bisa semakin aktif dalam empowering masyarakat, yaitu dengan inisiatif meningkatkan pengetahuan dan eksploratif, serta proaktif menyebarkan ilmu pengetahuan yang ada.
Selain menjelaskan mengenai materi, peserta juga diajak aktif dengan adanya sesi tanya jawab dan diskusi mengenai studi kasus. Peserta dimintai pendapat dan pandangannya mengenai suatu kasus dengan berlandaskan pada materi yang sudah dibahas. Acara lalu diakhiri dengan post-test. (GALUH/RERE)