Solo — Telah dilakukan babak final futsal Solo Medical Cup (SMC) 2019 di Gedung Olahraga (GOR) Sritex Arena, Surakarta, pada Sabtu (16/02/2019). Pertandingan dilakukan untuk memperebutkan juara 1, 2, dan 3 tingkat universitas FK putra, putri se-Indonesia, dan tingkat SMA/SMK Se-Joglosemar dan sekitarnya.
Pertandingan dimulai dengan babak penyisihan 8 besar yang digelar pada pukul 09.00 WIB, selanjutnya empat tim terbaik dipertemukan untuk merebutkan juara 1, 2, dan 3. Adapun juara final futsal SMC 2019 tingkat SMA/SMK diraih oleh SMA Negeri 1 Sukoharjo sebagai juara 1, SMA Negeri 3 Surakarta sebagai juara 2, dan SMA Sukowati sebagai juara 3. Kemudian, hasil kejuaraan tingkat universitas juara 3 diraih oleh FK UMI, juara 2 diraih oleh FK UII, dan juara 1 diraih oleh FK UNPATI sebagai juara bertahan dua tahun berturut-turut. Untuk pemenang futsal putri tingkat universitas juara 2 diraih oleh FKKMK UGM dan juara 1 diraih oleh FKH UGM sebagai juara bertahan dalam dua tahun belakangan.
Menurut Bayu selaku penanggung jawab acara futsal, terdapat cukup banyak kendala di awal keberlangsungan SMC 2019. Misalnya jadwal yang molor pada hari pertama, lalu dari pihak kepolisian sempat menyetop pertandingan sehingga ada tiga pertandingan yang harus ditunda dan dilanjutkan keesokan harinya. Selain itu, ada pula kendala yang diakibatkan oleh suporter SMA yang ricuh. “Alhamdulillah di hari-hari berikutnya dari panitia sudah bisa evaluasi dan belajar dari kesalahan serta grafiknya meningkat, walaupun masih ada acara yang molor yang dulunya bisa dua jam namun bisa diminimalisrkan menjadi setengah jam dan hari berikutnya bisa sepuluh menit saja,” ucapnya.
Final berjalan cukup sengit, “pertandingan dengan sistem penyisihan di grup intensnya masih rendah, tetapi jika sudah masuk babak gugur misal sudah masuk semifinal itu lebih keras jalannya pertandingan, banyak hujan kartu. Dan sempat pemain SMA itu tidak terima akan putusan wasit karena ingin menang dan memperebutkan juara.”
“Tentunya senang bisa membanggakan almamater dari Unpatti, yang harusnya berlibur tapi kita susah payah mencari dana dan tidak sia-sia,” ucap Fendi selaku kapten tim dari FK Unpatti. Sebagai kapten tim, ia kerap menekankan untuk bermain sportif, setiap lawan di lapangan adalah lawan namun di luar lapangan akan menjadi kawan. Hal menarik yang ditemukan saat pertandingan SMC adalah ketika lawan mereka UII cidera, mereka saling membantu, dengan dibekali ilmu medis mereka sigap menangani dan membantu tim medis yang berjaga.
Menurutnya, SMC tahun ini lebih baik dan gokil. “SMC itu seperti penyakit HIV/AIDS yang gaada obatnya, karena SMC adalah kompetisi paling tinggi setingkat kedokteran,” kenang pemain dengan jersey bernama faith hope tersebut.
Acara final futsal SMC 2019 ditutup dengan simbolis pencabutan wayang oleh Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si. selaku dekan FK UNS. Dengan dicabutnya wayang menandakan SMC 2019 telah usai, kemudian dilanjutkan pembagian hadiah dan iringan musik DJ memeriahkan suasana yang menjadikan semakin pecah. (CINTA)